web 2.0

Tuesday, March 23, 2010

LALAI MENJALANKAN IBADAH & MELANGGAR TUNTUTAN AGAMA : VIRUS UKHUWAH ???



Sejauh mana kadar takwa dan kebaikan yang anda lihat dari saudaramu, sejauh itulah tulusnya cinta dan persahabatan yang anda berikan padanya. Sejauh mana tingkat zikir, ibadah, peringatan akan akhirat, perhatian terhadap ketaatan kepada Allah, dan dakwah di jalan-Nya yang memenuhi memori persahabatan dan pertemanan, sejauh itulah eratnya persabatan dan jalinan cinta yang terjalin di antara keduanya.

Namun jika hubungan persahabatan kering dari makna-makna zikir, ibadah, saling menasihati, mengingatkan perihal akhirat dan mendorong semangat dakwah, maka kegersangan ukhuwah akan semakin terasa, lalu beralih menjadi permainan@khayalan (lagha) dan perdebatan sia-sia.

Hati bertambah keras dan cepat bosan, sementara lagha (perkataan dan perbuatan sia-sia)
membuka pintu perselisihan, yang pada akhirnya terjelmalah dosa sebagai dinding pemisah yang memburaikan ikatan ukhuwah dan memisahkan dua sahabat. Dalam sebuah hadith shahih, Rasulullah shallallahu. 'alaihi wa sallam bersabda:

"Tidaklah dua orang yang saling berkasih sayang kerana Allah berpisah, kecuali
disebabkan oleh dosa yang dilakukan oleh salah seorang di antara keduanya.


Dosa yang dilakukan tersebut tidak semestinya berhubungan dengan sahabatmu, namun bentuk dosa apa pun yang dilakukan oleh seseorang boleh menjadi faktor hilangnya seluruh kawan dekat dan saudaranya satu demi satu. Misalnya dosa yang berhubungan dengan masalah kewangan, lantaran meninggalkan kewajiban, perbuatan tidak terpuji, mengucapkan kata-kata kotor, menjatuhkan wibawa dan kepribadian orang lain, memperolok-olok, dan berbagai perbuatan maksiat lainnya.

Dosa kerana perbuatan-perbuatan maksiat di atas dapat mengakibatkan hilangnya rasa cinta dan ukhuwah, baik secara langsung mahupun tidak langsung - sebagai balasan atas maksiat, iaitu dengan hilangnya sahabat-sahabat yang mencintaimu. Sebagai contoh, sahabatmu merasakan jika berdekatan denganmu akan menggiringnya ke dalam maksiat, diam dengan kemungkaran, lebih mengingatkan perihal duniawi dan melupakan zikir serta akhirat, lalai beribadah, dan menjauhkan dari kegiatan-kegiatan dakwah. Dengan alasan-alasan tersebut, rasa cintanya semakin terkikis dan lebih menyukai bergaul dengan orang lain.

Dengan demikian, jika seorang sahabat cenderung mengingatkanmu dengan masalah-masalah duniawi, kelebihan apa lagi yang masih tersisa darinya? Untuk itu, jika engkau ingin memiliki sahabat-sahabat yang menghargai dan menghormatimu, hendaklah engkau mulai dengan memperbaiki hubunganmu dengan Allah, komitmen dengan ketentuan syari'at dan hukum-hukum-
Nya, jauhkan dirimu dari maksiat dan dosa. 'Seorang ahli hukama’ berkata: "Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan tanpa keluarga, kaya tanpa harta, kedudukan di antara sahabat, wibawa
di mata penguasa, maka hendaknya ia mampu membebaskan diri dari belenggu maksiat menuju
taat kepada Allah."

Di antara bentuk pelanggaran syari'at yang dapat menghancurkan cinta imani, bahkan dapat mengakibatkan permusuhan adalah mahabbah syaitaniyyah (cinta yang didorong oleh nafsu syaitan). Hal ini dapat terjadi jika hubungan yang terjalin antara dua insan berjalan tidak wajar dan membawanya dalam keadaan yang serba tidak menentu, khuwatir dan lemah, sehingga ketika dalam solat pun ia masih mengingat dan merasakan kehadirannya. Ia tidak suka apabila sahabatnya berkenalan dengan orang lain atau bergaul dengan orang lain, benci dengan setiap orang yang mahu menjalin hubungan dengannya, bahkan mungkin beberapa kawannya merasa dirugikan oleh keberadaannya, kecemburuan yang muncul kepadanya seakan-akan kecemburuan terhadap isterinya sendiri.

Adakalanya, nafsu jahat memberi rangsangan kepada seseorang dengan melihat sahabat dekatnya dengan penuh rasa kagum dan suka. Begitu juga sebaliknya, ia menerjemahkan setiap gerak-gerik sebagai racun untuk perasaan tersebut, juga dengan pandangan mata dan berbagai rangsangan atau imaginasi lainnya. Semua itu merupakan khayalan yang timbul akibat rasa suka yang berlebihan, penyakit hati, dan seluruh perasaan-perasaan yang menyimpang. Sementara syaitan tidak mesia-siakan peluang sekecil apa pun untuk mempertajam dan memperbesar khayalan-khayalan semacam ini dalam diri manusia agar masuk dalam perangkapnya.

Bentuk lainnya adalah hubungan yang lebih berbahaya ketika membentuk ukhuwah yang baru saja disebutkan, iaitu hubungan suka dan ketertarikan sehingga sampai pada satu titik di mana ia mencintainya 'bersama' Allah dan bukan 'kerana' Allah. Dengan hubungan seperti ini, ia sanggup melakukan beberapa amalan 'ibadah' untuk orang yang dicintainya. Masalah ini muncul disebabkan oleh banyak faktor yang pada tahap awalnya nampak sederhana, namun kemudian berkembang dan membesar, sehingga kedua orang tersebut atau salah satu di antara mereka, sama sekali tidak sanggup berpisah, ia harus selalu bersamanya, melihatnya, dan berhubungan dengannya melalui telefon, yang terkadang menghabiskan waktu berjam-jam setiap hari. Dan yang lebih berat dari itu, ia memikirkannya dalam solat, ketika bacaannya sampai pada firman Allah:

"Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon
pertolongan
" (al-Fatihah [1]: 5).

Fikirannya berterbangan bersama sahabat yang dicintainya; umpama udara yang dihirup olehnya, jika kehilangan walau hanya sesaat, ia merasakan sakit yang teramat dahsyat kerana perpisahan itu. Dan sakit itu baru reda bila ia bertemu kembali dengannya. Hubungan ketertarikan yang maha dahsyat ini memiliki beberapa darjat yang berbeza, yang sebahagiannya dapat dikategorikan dalam ghuluw (ekstrem) yang boleh berakhir pada syirik akbar.

Kadang kala syaitan juga menghiasi hubungan tersebut dengan beberapa amalan ibadah yang dikerjakan bersama, namun sebenarnya tidak terlepas dari nafsu yang dilarang oleh syari'at. Dengan alasan menghindari kritikan pihak lain atau menyakiti perasaan, seorang di antara mereka mengajak sahabatnya: "Bagaimana jika kita membaca buku bersama? Mendengar kaset? Menghafal al-Qur'an? Tahajjud bersama?".......

Mereka berdua melaksanakan program bersama tersebut untuk beberapa saat lamanya atau dalam waktu-waktu tertentu, namun hakikat amalan tersebut tidak termasuk ukhuwah kerana Allah, melainkan masing-masing mencuba untuk bertahan menipu diri sendiri atau menampakkan diri di depan orang lain bahawa hubungan tersebut merupakan ukhuwah kerana Allah, padahal hakikatnya tidak demikian. Bahkan, jika keduanya duduk bersama membaca al-Qur'an, masing-masing memikirkan sahabatnya dan sama sekali tidak mengerti apa yang dibaca, begitulah seterusnya.

Ibnul-Qayyim rahimahullah pernah menyentuh masalah ini dalam kitabnya, Al-Jawab al-Kafi. Kitab ini merupakan jawapan atas sebuah pertanyaan yang ditujukan kepadanya, sebagaimana yang dapat diketahui dari Muqaddimahnya,

"....Suatu musibah yang menimpa seseorang dapat mencampakkannya ke dalam dosa dan menghancurkan dunia serta akhiratnya..."

Kitab tersebut merupakan karya penting bagaimana menangani masalah al-'isgq wat-ta'alluq (rasa
cinta dan suka yang berlebihan), sebuah masalah yang pernah ditanyakan kepada Ibnul-Qayyim rahimahullah dan beliau menjawabnya seperti berikut. Di sini, kita dapat melihat kaedah para ulama, iaitu ketika Ibnul-Qayyim memberikan jawapan melalui penanya:

"Berserah dirilah kepada Allah, berdoalah pada waktu-waktu terkabulnya doa."

Kaedah Ibnul-Qayyim tersebut semestinya tidak hanya digunakan untuk mengatasi masalah al-‘isyq dan at-ta’alluq saja, namun Ibnul-Qayyim juga memiliki beberapa kerangka solusi yang cukup handal untuk mengatasi masalah ini. Beliau berkata :

"Jika penyelesaian masalah ini menuntut seseorang untuk meninggalkan sahabatnya, dengan cara berhijrah ke negeri lain sehingga tidak lagi menjumpainya, mengetahui beritanya, terbebas dari perasaan yang mengikat dan pengaruhnya, maka hendaknya ia menempuh cara ini agar dapat menyelamatkan agamanya."

Maka, hati-hatilah saudaraku! Jangan sampai hubunganmu ternoda. Berhati-hatilah ketika
seseorang mencintaimu kerana Allah, sementara Allah murka kepadamu. Hanya Dia-lah yangmengetahui segala-galanya.

Malulah kepada Allah, janganlah terpedaya dengan pujian, tipuan, dan kelancungan orang lain melalui hubungan palsunya denganmu. Hati-hati pula dengan ketertutupan aibmu, kerana memang Allah menutupnya. Segeralah bertaubat kepada-Nya dari semua dosa sebelum tabirmu tersingkap atau Allah akan menanam kebencian di dalam hati orang-orang yang mencintaimu.

Di antara doa yang sering diucapkan oleh Muhammad bin Wasi' rahimahullah adalah:

"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu agar terhindari dari mencintai kerana-Mu, sementara Engkau benci atau murka kepadaku."

Wallahu A’lam


Rujukan ringkas “Virus-Virus Ukhuwah : Abu 'Ashim Hisyam bin Abdul Qadir Uqdah”

0 komen...?: